Secara etimologis asal kata 'nyepi' berasal
dari kata 'sepi' yang memiliki padanan kata sunyi, senyap, dan hening. Berdasar
kata tersebut, kegiatan Nyepi dengan ritual Brata Penyepian ini menekankan pada
prinsip keseimbangan. Yakni, suatu proses mengembalikan (dikembalikan) alam
beserta isinya (microcosmos dan macrocosmos) ke dalam suatu keadaan titik/masa,
sepi, (sunyi, hening, dan senyap). Tetapi, bukan berarti semua itu tanpa isi, rasa
dan makna, ke"nihil"an atau "nol" pada tatanan
sosial-kemasyarakatan yang hidup dan bernilai suci serta merupakan suatu
tingkatan tertinggi dari sebuah ukuran manusia yang taat kepada ajaran suci
Hindu.
Ritual Brata Penyepian ini juga merupakan
suatu kegiatan pengekangan terhadap kecenderungan hawa nafsu yang mengajak
kepada keburukan (instrospeksi) dengan disertai suatu keikhlasan dan penyerahan
total kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam mencapai suatu keadaan ketenangan
dan kedamaian serta kesucian lahir dan batin. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Ida Sanghyang Widhi Wasa, wajib berdoa untuk menyucikan alam beserta isinya,
yakni microcosmos (alam manusia) dan macrocosmos (alam semesta).
Umat Hindu diwajibkan untuk menjalankan
upacara sembahyang keagamaan. Pertama, berupa tapa (latihan ketahanan
menderita). Kedua, brata (mengekang nafsu). Ketiga, yoga (menghubungkan jiwa
dengan Tuhan). Keempat, samadi (penyatuan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa)
untuk meraih kesucian lahir batin.
Praktis saja bandar udara, tempat-tempat
publik pada tutup terkecuali rumah sakit dan klinik. Objek-objek wisata di
kawasan Pulau Dewata pun diistirahatkan untuk sementara waktu selama perayaan
Nyepi, seperti Batubulan, Bedugul, Goa Gajah, Jimbaran, , Mangrove, Nusa
Lembongan, Pura Besakih, Tampaksiring, Tanah Lot, Tanjung Benoa, Tegalalang,
Ubud dan Uluwatu. Para pecalang (polisi adat) melakukan penjagaan dan
pemantauan ke seluruh daerah di Bali untuk memastikan tidak ada orang yang
keluar dari tempat penyepian (pura atau rumah). Bilamana ada orang yang
melanggar dan tertangkap, maka akan diberi sanksi adat.
Jika kita menangkap makna yang
terkandung dari pesan-pesan Nyepi di atas, dan mengaplikasikannya dalam ranah
kehidupan keseharian baik individu, masyarakat, bangsa maupun negara, maka
banyak sekali faedah yang didapat yang pada intinya berupa pesan perdamaian dan
toleransi di antara makhluk Tuhan dengan tidak memandang suku, agama dan ras
antar golongan (SARA).
Menurut Emile Durkheim (1976), agama adalah
suatu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang
sakral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral. Agama merupakan
bagian yang sangat mendalam dari kepribadian (privacy), karena agama selalu
bersangkutan dengan kepekaan emosional. Agama merupakan hal yang sensitif dan
sering menghambat proses integrasi sosial, terutama pada masyarakat majemuk
yang memiliki bermacam-macam agama dengan doktrin yang berbeda-beda. Agama
memiliki ajaran yang mengatur kehidupan bersama tanpa memandang ras, pangkat,
derajat, jenis kelamin, dan unsur-unsur pembeda lainnya. Agama menganjurkan
suatu kerja sama antar-pemeluk agama.
Di tengah carut marutnya tatanan bermasyarakat
dan bernegara dewasa ini, yang dulu di mancanegara bangsa Indonesia dikenal
dengan keramahannya, kini telah mengalami degradasi secara drastis. Seakan-akan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang pemarah, dan tidak cinta akan kerukunan
dan kedamaian, setiap pemeluk agama saling serang dan terjadi kecurigaan.
Sungguh ini merupakan hal yang sangat ironis. Sejarah peradaban bangsa
Indonesia mencatat di era kejayaan kerajaan Nusantara, bangsa ini telah
mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang rukun. Hal ini tersurat dalam kitab
Sutasoma dengan semboyan "Bhineka tunggal ika, tan hana dharma
mangrwa", yang bermakna meskipun berbeda-beda, namun satu jua tak ada
hukum yang mendua. Ini merupakan fakta sejarah bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang majemuk serta cinta perdamaian.
Kiranya bangsa Indonesia perlu meneladani
ajaran Hindu yang berkenaan dengan kepemimpinan dan tata negara. Untuk
mendalami tentang kepemimpinan dan konsep negara menurut agama Hindu ini kita
bisa merujuk buku karya Oka Mahendra berjudul "Ajaran Hindu tentang
Kepemimpinan, Konsep Negara, dan Wiwaha" terbitan Pustaka Manikgeni. Buku
ini memaparkan betapa agungnya ajaran Hindu berkenaan dengan kepemimpinan
secara luas.
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) sebagai
wadah bagi para pemuka agama Hindu Indonesia dan Keluarga Mahasiswa Hindu
Dharma Indonesia (KMHDI) sebagai perhimpunan keluarga besar mahasiswa Hindu
Indonesia kiranya mesti menyampaikan rekomendasi melalui moment perayaan Nyepi
sebagai tawaran solusi bagi permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa
Indonesia dengan cara melestarikan kebudayaan luhur guna pencapaian
kesejahteraan bangsa dan negara.
Selamat menunaikan Brata Penyepian dan Tahun
Baru Saka 1935
Ade
Sunarya ;
Budayawan
SUARA
KARYA, 11 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar